Jumat, 20 Februari 2009

Cinta setelah 14 Februari Tahun Ini

Tahun ini, tepat tanggal 14 Februari, saya kembali menemukan makna cinta. Rasanya seperti membuka kembali lemari tempat saya menyimpan semua benda kenangan. Begitu haru, begitu rindu, seperti bertemu kembali sahabat lama yang dulu pergi jauh. Dan kali ini, ia tidak lagi akan pergi.

Makna itu kini hadir sebagai sosok yang lebih matang. Makna yang hadir bukan lagi karena pemahaman intelektual ataupun prestasi kognitif, namun lewat bertahun-tahun pengalaman kehidupan dan perenungan batin.

Cinta yang dulu saya cari semata-mata sebagai ikatan relasi antara dua pasangan, tiba-tiba datang menyeruak ke dalam serambi kehidupan saya dalam bentuk yang berbeda. Hampir saja saya tidak mengenalinya, namun kehangatannya berhasil membuka mata saya. 

Beberapa tahun yang lalu, ketika saya mengawali masa perkuliahan saya, saya membawa sebuah pemahaman: cinta akan mempertemukan saya dengan orang yang tepat pada saat yang tepat. Pemahaman yang terdengar dewasa namun tidak sempurna. Pemahaman yang bukan dari hati, namun hanya merupakan cara untuk menjauhkan diri dari hubungan yang tidak serius.

Akhirnya, waktu menghanguskannya. Pemahaman itu terbakar habis seiring bertambahnya usia. Seiring bertambahnya kerabat yang menikah. Seiring makin seringnya kabar yang terdengar mengenai si anu yang kini bersama si anu. Saya tidak pernah menyadari bahwa rasa iri dan ingin memiliki telah bertransformasi dan mengambil rupa sebuah ambisi untuk menemukan cinta secepatnya. Ambisi tersebut seolah mengaburkan mata hati, yang kini tidak lagi percaya pada kuasa cinta.

Hingga akhirnya, kehadiran seorang sahabat telah mendobrak pintu ruang pemahaman saya yang begitu sempit, membawa saya ke dalam perenungan pribadi, dan dalam kesendirian kembali mengumpulkan keping-keping kehidupan untuk menatanya sekali lagi. Dan inilah yang saya dapat.

Tahun ini, tepat tanggal 14 Februari, saya kembali menemukan makna cinta. Makna yang tidak bisa dijelaskan dengan kata, namun hanya bisa direngkuh dengan menghidupi dan menghayati cinta dengan sepenuhnya.

Cinta ternyata bukan hanya rantai pengikat dua manusia, tapi bahasa universal yang menjadi denyut semua makhluk. Cinta tidak perlu dicari, sebab ia tidak pergi ke mana-mana. Dan ketika kita merasa kita telah menemukannya, cinta telah lama ada di sana. Ia telah lama menemukan kita, dan kini ia menyentuh kita.

Pemahaman itu kini telah mengubah arah hidup saya. Tujuan saya kini tidak lagi menemukan cinta ataupun pasangan hidup, melainkan berbagi kehidupan dan setiap perjalanan bersama cinta. 

Dipersembahkan untuk dia, yang telah memperbaharui makna dan menghidupkan kembali cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar