Kamis, 23 September 2010

Sentuh Hatiku

Saat saya sedang melakukan perjalanan dinas ke Yogyakarta, tanpa sadar saya dicopet. Dompet saya yang berisikan uang yang jumlahnya cukup untuk menginap di hotel bintang empat selama semalam tidak bisa saya temukan di manapun. Mungkin dompet itu diambil ketika saya sedang mengantri tiket di bandara, atau mungkin juga ketika saya berjalan ke restoran sambil membawa barang yang sangat banyak.

Kehilangan uang atau barang memang bukan sesuatu hal yang baru sekali saya alami. Hal itu telah membuat saya belajar banyak hal, meskipun pesan yang saya dapatkan dari tiap pengalaman belum sepenuhnya dapat saya praktekkan dalam hidup sehari-hari. Kecerobohan dalam meletakkan barang adalah salah satu kelemahan saya.

Untuk berusaha ikhlas atas apa yang terjadi terhadap saya, saya berdoa dan bersyukur. Dalam hati, berusaha menyadari bahwa uang itu sekarang berada di tangan orang lain yang mungkin membutuhkan. Namun, tetap saja hati saya tidak bisa tenang. Suasana alam perasaan pun jadi buruk.

Saya berusaha bercerita kepada beberapa orang dan menumpahkan kekesalan, namun kata-kata menghibur yang diberikan tidak banyak membantu saya. Akhirnya saya melewati rapat dinas pertama saya dengan hati yang kesal.

Sampai akhirnya, setelah rapat, di lobby hotel tempat saya menginap, saya menemukan teman-teman saya berkerumun di dekat sofa.

Ada seorang anggota tim kerja kami yang tidak sadarkan diri.

Beberapa waktu kemudian, teman kami pun dilarikan ke rumah sakit, dan kami ikut bersamanya.

Saya agak kaget ketika melihat bahwa rumah sakit yang kami kunjungi ternyata rumah sakit Katolik yang ternyata salah satu rumah sakit yang baik di kota ini. Saya merasakan perasaan yang berbeda saat berada di sana, memandangi patung salib Yesus dan memperhatikan beberapa keluarga pasien yang sedang berdoa. Perasaan seperti berada di rumah.

Kemudian, saya tanpa sengaja membaca majalah dinding yang ditempel di ruang IGD.

Tidak lama kemudian, saya merasa bahwa Tuhan menegur saya. Kejadian buruk yang saya alami seharusnya tidak perlu membuat saya bersedih terlalu dalam. Tuhan telah memberi rancangan-Nya yang terbaik kaerna kasih, dan Dia tidak pernah meninggalkan saya sendiri.

Beginilah tulisan yang tertulis di dinding itu:

Mungkin banyak yang dengar lagu sentuh hatiku, yang dinyanyikan oleh maria Shandy. Akan tetapi dibalik lagu itu ternyata ada sebuah kisah yang luar biasa. Pencipta lagu ini adalah seorang anak Tuhan, dan kisah di dalam lagu itu adalah milik teman sekolahnya.

Temannya itu diperkosa oleh ayahnya sendiri dan menjadi gila, sehingga harus dipasung(dirantai) dirumahnya. Ia suka datang dan mendoakan anak itu sambil sesekali menulis lirik lagu..waktu pun berlalu...

Diapun pindah kota dan mulai sibuk dengan kegiatannya sendiri. Suatu ketika anak perempuan itu menelpon dia.

Tentu saja kaget bukan main, karena anak itu gila dan dipasung pula. Kok skrg bisa lepas? Telepon pula?

Akhirnya anak perempuan itu cerita,suatu hari entah karena karat atau bagaimana rantainya lepas. Satu hal yang langsung dia ingat, dia mau bunuh bapaknya!

Tetapi saat dia bangun, ia melihat Tuhan Yesus dengan jubah putihnya, berkata :
"Kamu harus maafin papa kamu."

Tetapi anak itu ga bisa dan dia terus menangis, memukul, dan berteriak..

Sampai akhirnya Tuhan memeluk dia dan berkata : "Aku mengasihimu"

Walaupun bergumul akhirnya anak itupun memaafkan papanya, mereka sekeluarga menangis dan boleh kembali hidup normal.

Dari situ lah lagu sentuh hatiku ditulis,

betapa ku mencintai segala yang telah terjadi

tak pernah sendiri, selalu menyertai

betapa kumenyadari didalam hidupku ini..

kau selalu memberi rancangan terbaik oleh karena kasih

Bapa sentuh hatiku, ubah hidupku, menjadi yang baru

Ajarku mengerti sebuah kasih yang selalu memberi..

KasihMu ya Tuhan tak pernah berhenti..

Saya pulang dari rumah sakit itu dengan teman kami yang ternyata baik-baik saja. Esoknya, saya mengikuti rapat hari kedua dengan lebih bersukacita.