Setiap manusia datang ke dunia sendirian. Dan setiap manusia juga akan pergi dalam kesendirian. Di antara keduanya, hampir setiap manusia memiliki momen untuk menikmati apa yang disebut dengan 'kebersamaan'.
'Kebersamaan' sejatinya adalah hadiah yang memperkaya manusia, yang membuatnya berbeda, saat ia mati daripada ketika ia lahir. Kebersamaan membentuk manusia menjadi apa dia nanti, ketika tiba saat ia pergi.
Sesaat setelah manusia lahir, ibu menjadi orang yang bersama dengan kita. Kemudian, kita mengenal ayah. Lalu, kakak dan adik. Lalu, keluarga besar. Tetangga. Teman-teman sekitar rumah. Ibu guru. Teman sekelas. Sahabat baik. Pacar pertama. Pacar kedua. Sahabat baru. Istri pertama dan terakhir. Anak pertama. Menantu. Cucu. Sampai akhirnya kita kembali sendirian.
Catatlah siapa saja orang-orang yang dulu pernah bersama dengan kita, dan apakah mereka masih bersama kita sekarang.
Kita akan melihat, bahwa manusia datang dan pergi. Mereka yang dulu menjadi sandaran hati kita, kini sudah entah di mana. Sedih memang, mengenang masa-masa yang indah yang kini telah berlalu.
Namun itulah kenyataannya. Kita sering tidak bisa mengerti mengapa kita harus dipertemukan bila akhirnya kita berpisah, bila hanya untuk mengecap kebersamaan yang sementara. Kita lupa bahwa setiap 'kebersamaan' hanyalah hadiah yang cuma bisa kita ambil kalau diberi, dan bukan kita rampas untuk miliki. Kita lupa bahwa 'kebersamaan' akan pergi bila misinya telah usai. Kita lupa bahwa setiap 'kebersamaan; selalu meninggalkan sesuatu ketika ia mampir di hidup kita. Kita lupa bahwa jawaban yang selalu kita cari ternyata ada di dalamnya.
Kini, kita hanya harus melihat, seperti apa kita sekarang.
Kini, kita hanya harus bersyukur, atas apa yang telah 'kebersamaan' berikan.
Tidak ada yang perlu disesali. Tidak ada yang perlu ditangisi.
Jumat, 20 Maret 2009
Langganan:
Postingan (Atom)